Jumat, 03 Desember 2010

runtuhnya budaya karena tecnologi

Pergeseran budaya karena tecnologi

Melewati Tahun Baru hingga hari raya agama tertentu seakan mengingatkan masa lalu.
Menarik garis lurus ke belakang, saat sekolah tingkat pertama, boleh menjadi satu titik awal kreatifitas berkarya dilakukan.
Minimnya uang saku yang Cuma 500 rupiah setiap hari, diakali dengan berjalan kaki atopun naik sepeda, uang 500 tadipun selain bisa disulap jadi makanan ringan, bisa juga menjadi kartu ucapan.
Namun mahalnya kartu ucapan jadi satu pemicu lahirnya kreatifitas akan keinginan mengucapkan selamat kepada setiap orang yang dikenal.
Maka uang sakupun dikumpulkan dan dibeli satu lembar kertas manila besar yang harganya cuma 4x uang saku per hari.
Itu artinya dengan uang segitu, kartu ucapan yang minimal 20 biji bisa siap ditangan.
Berbekal corat-coret kecil dan tempel gambar sana sini, jadilah kartu ucapan made in sendiri dan siap kirim kemanapun tujuannya.
Berkirim kabarpun sedianya jauh-jauh hari sudah ditulis tangan dan disiapkan agar sampai tepat waktu.
Tentu dengan bea perangko yang tinggi dan juga amplop yang menarik. Ditambah satu harapan besar pada pak pos yang mengantar agar jangan sampe telat.
Pergeseran budaya yang terjadi hingga hari ini, rupanya lebih banyak disebabkan makin majunya teknologi yang makin hari makin dekat dan nyata didepan mata.
Saling mengucapkan syukur dan selamat saat hari raya maupun event tertentu, tak lagi disusahkan dengan corat-coret dan persiapan panjang, cukup dengan mengetik pesan singkat via ponsel, maka dalam waktu lima menitpun rasanya balasan sudah bisa diterima. Hanya saja ucapan ini begitu mudah pula dihapus dan dilupakan. Sedemikian lewat saja.
Berkirim cerita dengan suratpun bisa digantikan panjang lebar dengan fitur email, yang bisa ditambahkan dengan gambar maupun suara sekalipun, gak perlu yang namanya kaset tape recorder yang diselipkan hanya untuk membekali isi surat demi sesuatu yang lebih surprise.
Penyampaian berita pentingpun tak harus menunggu sehari dua lantaran kiriman Telegram tak jua muncul, tinggal luangkan waktu sejenak dengan harga maksimal 350 rupiah, kabar berita pentingpun bisa sampai ditujuan dengan selamat.
Namun satu hal yang dapat dirasakan, kini tak ada lagi yang namanya rasa kehangatan ataupun perasaan menunggu-nunggu kiriman surat dari sang kekasih atau orang yang dicintai, karena dalam waktu sekian menitpun pasti akan ada jawabannya.
Pergeseran akibat teknologipun sedikit demi sedikit mampu mengikis rasa kehangatan dan kekeluargaan yang ada dalam kekerabatan sekaligus pula mempermudah komunikasi tanpa jangka waktu yang lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar